I'm a true blue
Kamis, 23 Mei 2013
Sabtu, 04 Mei 2013
LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOLOGI ( PEMERIKSAAN ASTO )
LAPORAN PRAKTIKUM IMUNO-SEROLOGI
Praktikum ke : V
Hari/Tanggal :
Kamis/02-Mei-2013
Materi :
Pemeriksaan ASTO
Prinsip :Aglutinasi lateks menggunakan
partikel lateks yang dilapisi streptolisin O,
kemudian mereaksikan ini dengan serum penderita.Adanya anti streptolisin
dalam serum penderita dinyatakan dengan terjadinya aglutinasi dan partikel
tersebut.
Tujuan :Untuk
menentukkan Antibody terhadap Streptococcus β-hemolisa yang menyebabkan rematik
,tonsillitis,dan glomerulus
Metode : Lateks
Alat dan
Bahan :
1. Tangkai pengaduk
2. Slide hitam
3. Clinipete 50 µl
4. Yellow tipe
5. Rotatar
6. Tissu
dan kotak sampah
7. Lateks
8. Kontrol
positif dan negatif
Sampel : Asto H 7
LANDASAN
TEORI
Streptokokus grup A (Streptokokus
beta hemolitik) dapat menghasilkan berbagai produk ekstraseluler yang mampu
merangsang pembentukan antibodi. Antibodi itu tidak merusak kuman dan tidak
memiliki daya perlindungan, tetapi adanya antibodi tersebut dalam serum
menunjukkan bahwa di dalam tubuh baru saja terdapat Streptokokus yang aktif.
Antibodiyang terbentuk adalah Antistreptolisin O, Antihialuronidase (AH),
antistreptokinase (Anti-SK), anti-desoksiribonuklease B (AND-B), dan anti
nikotinamid adenine dinukleotidase(anti-NADase).Demam rematik merupakan
penyakit vascular kolagen multisystem yang terjadi setelah infeksi Streptokokus
grup A pada individu yang memiliki faktor predisposisi. Penyakit ini masih
merupakan penyebab terpenting penyakit jantung didapat (acquired heart
disease)pada anak dan dewasa muda di banyak negara terutama Negara berkembang.
Keterlibatan kardiovaskuler pada penyakit ini ditandai oleh adanya inflamasi
endokardium dan mmiokardium melalui suatu proses autoimun yang menyebabkan
kerusakan jaringan.Serangan pertama demam reumatik akut terjadi paling sering
antara umur 5 –15 tahun.Demam reumatik jarang menyerang anak dibawah umur
lima tahun. Demam reumatik akut menyertai faringitis Streptokokus beta
hemolitik grup A yang tidak diobati. Pengobatan yang tuntas terhadap faringitis akut hampir
meniadakan risiko terjadinya demam reumatik.Diperkirakan hanya 3 % dari
individu yang belum pernah menderita demam reumatik akan menderita komplikasi
ini setelah menderita faringitis Streptokokus yang tidak diobati.ASTO (Anti
Streptolisin O) merupakan antibodi yang paling banyak dikenal dan paling sering
digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi Streptokokus. Lebih kurang 80 %
penderita demam reumatik menunjukan peningkatan titer antibodi terhadap
Streptokokus. Penelitian menunjukkan bahwa komponen Streptokokus yang lain
memiliki rekativitas bersama dengan jaringan lain. Ini meliputi reaksi silang
imunologik di antara karbohidrat Streptokokus dan glikoprotein katup,
diantaranya membran protoplasma Streptokokus dan jaringan saraf subtalamus
serta nuclei kaudatus dan antara hialuronat kapsul dan kartilagoartikular.
Ada dua prinsip dasar penetuan ASTO, yaitu:
Ada dua prinsip dasar penetuan ASTO, yaitu:
1. Netralisasi/penghambat hemolisis
Streptolisin O dapat menyebabkan hemolisis dari sel darah
merah, akan tetapi bila Streptolisin O tersebut di campur lebih dahulu dengan
serum penderita yang mengandung cukup anti streptolisin O sebelum di tambahkan
pada sel darah merah, maka streptolisin O tersebut akan di netralkan oleh ASO
sehingga tidak dapat menibulkan hemolisis lagi.
Pada tes ini serum penderita di encerkan secara serial dan
di tambahkan sejumlah streptolisin O yang tetap (Streptolisin O di awetkan
dengan sodium thioglycolate). Kemudian di tambahkan suspensi sel darah merah
5%. Hemolisis akan terjadi pada pengenceran serum di mana kadar/titer dari ASO
tidak cukup untuk menghambat hemolisis tidak terjadi pada pengencaran serum
yang mengandung titer ASO yang tinggi.
2.
Aglutinasi pasif
Streptolisin O merupakan antigen yang larut. Agar
dapatmenyebabkan aglutinasi dengan ASO. Maka Streptolisin O perlu disalutkan
pada partikel-partikel tertentu. Partikel yangsering dipakai yaitu partikel
lateks.Sejumlah tertentu Streptolisin O (yang dapat mengikat 200 IU/ml ASO) di
tambahkan pada serum penderita sehingga terjadi ikatan Streptolisin O – anti
Strepolisin O (SO – ASO).
Bila dalam serum penderita terdapat ASO lebih dari 200
IU/ml, maka sisa ASO yang tidak terikat oleh Streptolisin O akan menyebabkan
aglutinasi dari streptolisin O yang disalurkan pada partikel – partikel latex .
Bila kadar ASO dalam serum penderita kurang dari 200 IU / ml , maka tidak ada
sisa ASO bebas yang dapat menyebabkan aglutinasi dengan streptolisin O pada partikel
– partikel latex.
Tes hambatan hemolisis mempunyai sensitivitas yang cukup
baik , sedangkan tes aglutinasi latex memiliki sensitivitas yang sedang. Tes
aglutinasi latex hanya dapat mendeteksi ASO dengan titer di atas 200 IU/ml
CARA KERJA
Metode kualitatif
a.
Biarkan sampel dan reagen pada suhu kamar
b.
Teteskan diatas serum
slide sebanyak 50 µl.
c. Tambahhkan
lateks sebanyak satu tetes ,lalu aduk
d. Goyangkan
selama 2-3 menit dengan rotator atau dengan tangan
e. Kalau
terjadi aglutinasi (hasil positif) lanjutkan dengan tes kuantitatif
f.
Untuk control positif dan negatif
perlakuan sama saperti serum
INTERPRETASI HASIL
Negatif (-) : Tidak terjadi Aglutinasi
Positif (+) :
Terjadi Aglutinasi
HASIL PEMERIKSAAN
Asto H 7 (-) negatif

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
pemeriksaan terhadap serum probandus, maka di dapat kesimpulan bahwa serum H7
negatif aglutinasi.
DAFTAR
PUSTAKA
-http://www.scribd.com/doc/88455193/Pemeriksaan-Asto
-Diktat materi praktek imonologi-serologi
-Diktat materi praktek imonologi-serologi
Mengetahui, Palembang
, 02-Mei-2013
Dosen pembimbing : praktikan
1.
Drs. Refai Ibrahim, M.Kes
2.
Hamril Dani, AMAK, S.Pd,
M.Kes Veronica
Nina M.S
3.
Yusneli, AMAK, S.pd PO.71.34.0.11.0.48
4.
Dr. Billy Setia Negara, MPHM
Minggu, 28 April 2013
Laporan Praktikum Imunologi ( Pemeriksaan CRP )
LAPORAN
PRAKTIKUM IMMUNOLOGI
Praktikum
ke : 4 (empat)
Hari/Tanggal :
Kamis/25 April 2013
Judul :
Pemeriksaan CRP
Tujuan :
a. Khusus : Untuk mengetahui CRP dalam serum
pasien
b. Umum
:1.Untuk mengetahui kadar CRP
dalam satuan serum pasien
2.Untuk menunjang diagnose pasien penderita
inflamasi.
Prinsip : Reaksi Antigen
Antibodi antara CRP dalam serum dengan dalam lateks yang akan menimbulkan
koagulasi.
Alat : 1. Pipet otomatis
2. Slide
hitam : menggunakan slide hitam karena reagen lateks berwarna putih sehingga
membutuhkan latar belakang hitam.
3. Kotak
sampah
Bahan : Reagen lateks
Tissue
Sampel : serum CRP H6
LANDASAN TEORI
CRP pada awalnya
ditemukan oleh Tillet dan Francis pada 1930 sebagai zat dalam serum pasien yang
akut peradangan yang bereaksi dengan polisakarida C pneumococcus. Pada awalnya
ia berfikir bahwa CRP mungkin sekresi pathogen seperti yang meningkat pada
orang dengan berbagai penyakit termasuk kanker. Namun penemuan sintetis hepatic
menunjukkan bahwa itu adalah protein asli.
CRP atau Protein C-Reaction adalah
protein yang ditemukan dalam darah, yang meningkat sebagai respon terhadap
peradangan (suatu protein fase akut). Peran fisiologis adalah untuk mengikat
fosfokholin diekspresikan pada permukaan sel-sel mati atau sekarat (dan
beberapa jenis bakteri) untuk mengaktifkan system pelengkap melalui kompleks
CIQ.
CRP
disintesis oleh hati sebagai respon terhadap factor-faktor yang dikeluarkan
oleh sel-sel lemak. Ini adalah anggota pentraxin keluarga protein.
CRP digunakan terutama sebagi penanda peradangan.
Selain gagal hati, ada beberapa factor yang diketahui yang mengganggu produksi
CRP. Mengukur dan mencatat nilai CRP dapat berguna dalam menenyukan
perkembangan penyakit atau efektivitas pengobatan.
CARA KERJA :
Kualitatif
a. Masukkan
20 uL sampel dan 20 uL reagen CRP lateks
b. Lebarkan
menggunakan lidi sampai bundaran slide hitam penuh
c. Goyangkan
dan lakukan pengamatan aglutinasi didepan cahaya dalam waktu 2 menit dengan
menyalakan stopwatch, jika hasil positif lakukan pemeriksaan kuantitatif. Jika
negative maka tidak perlu pemeriksaan lanjut.
INTERPRESTASI HASIL :
(+)
positif : Bila terjadi aglutinasi
(-)
negatif : Bila tidak terjadi
aglutinasi
HASIL PEMERIKSAAN :
CRP H6 (-) negative
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pemeriksaan terhadap serum probandus, maka dapat disimpulkan bahwa serum
H6 tersebut negatif aglutinasi.
DAFTAR PUSTAKA :
Dani,
Hamril, dkk. 2008. Diktat Imunologi dan
serologi
Palembang,
25 April 2013
Mengetahui, Praktikan,
Dosen
Pembimbing,
Veronica Nina M.S
Drs. Refai Ibrahim, M. Kes PO.71.34.0.11.048
Yusneli,
S. Pd
Dr.
Billy Setia Negara, MPHM
Hamril
Dani, S. Pd
Langganan:
Komentar (Atom)